Senin, 27 Januari 2014

Musik tradisional di Indonesia bagian Barat

Musik - musik tradisional yang ada di Indonesia memang beragam bentuk, unik, serta memiliki ciri khas yang berbeda - beda, terutama pada alunan nadanya.Tulisan kali ini akan membahas seputar musik - musik tradisional di Indonesia bagian Barat, berikut :
Musik Tradisional dari Sumatera
. Saluang



Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengandiameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
2. Talempong


Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknyahampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempongini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkanpada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya. Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yangkhas, tari pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga pranada DO dandi akhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor yang cara memainkanya sama dengan memainkan piano.

3. Serunai


Serunai Alat Musik Tradisional Minang Serunai atau puput serunai, lebih dikenal sebagai alat musik tiup tradisional Minang. Ia dikenal merata diseluruh Sumatera Barat, baik di daratmaupun pesisir. Yang disebut darat terutama luhak nan tigo (Agam, Tanah Datar dan Limo Puluah Koto), sedangkan pesisir, daerah Sumatera Barat sepanjang pantai Lautan Hindia. Puput serunai biasanya dibunyikan pada acara-acara keramaian adat, seperti perkawinan, perhelatan penghulu (batagak pangulu) dan lain-lain. Atau ditiup secara santai oleh perorangan, pada saat memanen padi atau diladang. Boleh jadi ia dimainkan secara solo atau sendirian, dan bisa pula secara koor, atau digabung dengan alat musik tradisional lainnya, seperti talempong, gendang dan sebagainya.

Alat yang digunakan untuk puput serunai terdiri dari batang padi, sejenis kayu atau bambu, tanduk kerbau ataudaun kelapa. Rinciannya sebagai berikut, untuk bagian penata bunyi, bahannya terbuat biasanya dari kayu capo ringkik atau dari bambu talang. Ukurannya, sebesar ibu jari tangan. Capo ringkik itu adalah sejenis perdu, kayunya keras tetapi bagian dalam lunak, sehingga mudah dilubangi. Panjangnya sekitar 20 cm, diberi 4 lubang berjarak 2,5 cm, yang berfungsi mengatur irama. Nadanya hanya do-re-mi-fa-sol atau disebut nada pentatonis. Nada ini yang lazim pada alat musik tradisional Minang.

Sedangklan puput atau bagian yang ditiup bisa terbuat dari kayu atau talang (sejenis bambu) ataupun dari batang padi tua. Terdapat penyambung, berfungsi sebagai pangkal puput. Panjangnya sekitar 5 cm, yang terbuat dari kayu keras. Penyambung ini dilubangi untuk saluran nafas, yang bersambungan dengan poros badan dan poros corong. Di bagian belakang penyambung ini berbentuk corong pula, dengan garis tengah 2 cm. Kemudian bagian corong. Bagian serunai yang dibentuk membesar, fungsinya untuk memperkeras atau memperbesar volume suara. Bagian ini biasanya terbuat dari kayu (terutama kayu gabus), atau dari tanduk kerbau yang secara alamiah telah berbentuk lancip, ataupun dari daun kelapa yang dililitkan. Panjangnya sekitar 10 sampai 12 cm, dengan garis tengah 6 cm di bagian yang mengembang. Dalam pembuatannya terdapat spesifikasi yang bervarisi di tiap daerah. Malah, pengaturan nadaada pula dengan cara menutup dan membuka permukaan corong. Dalam hal serunai dimainkan bersama instrumen lainnya seperti talempong, gendang dan gong maka panduanbunyinya sungguh merupakan irama klasik Minang yang amat menyentuh kalbu.

4. Bansi


Hampir sama dengan Saluang, Bansi adalah alat musik jenis tiup yang lebih modern dibandingkan Saluang karena Bansi sudah memiliki nada standar. Dengan memiliki nada standar, maka Bansi dapat digunakan untuk mengalunkan lagu-lagu daerah maupun lagu nasional dengan alunan bunyinya yang indah. Jika dilihat dari tingkat kesulitan, maka Bansi lebih mudah dimainkan daripada Saluang. Karena memainkan Saluang butuh latihan pernafasan yang cukup.
1. Panggora



Panggora juga adalah satu buah gong yang berpencu yang dimainkan oleh satu orang. Bunyi dari gung ini adalah ‘pok’. Bunyi ini timbul adalah karena gong ini dimainkan dengan memukul pencunya dengan stick sambil berdiri dan sisi gong tersebut dimute (diredam) dengan tangan. Gong ini adalah gong yang paling besar dinatara keempat gong yang ada. Ukurannya adalah garis menengah 37 cm, tinggi (tebal) 6 cm dan diameter pencunya lebih kurang 13 cm.

2. Gordang


Berbeda dengan Panggora, jika Panggora bentuknya seperti gong, sedangkan Gordang ini bentuknya seperti gendang jawa yang dimainkan pada acara-acara musik gamelan. Gordang ini terbuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipukul.

3. Doli-doli


Doli-doli adalah alat musik yang terbuat dari 4 bilah kayu yang dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik tradisional Sumatera Utara jenis ini banyak dijumpai di daerah Nias.

4. Druni Dana


Druni dana juga berasal dari pulau Nias. Kalau Doli-doli terbuat dari kayu, Druni Dana ini terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sampai hampir menyerupai garpu tala.
Musik Tradisional dari Kalimantan
Ketepong










Ketepong atau Ketipung adalah alat musik gendang kecil pengaruh dari Timur Tengah dan biasanya mengiringi lagu-lagu berbau Timur Tengah. Dan ketipung ini manjadi alat musik khas dari Kalimantan Timur.
Kasapi
 
Kasapi adalah alat musik Jenis lute dengan badan mirip perahu, terdapat di beberapa
wilayah Indonesia: Kasapi, Sampek (Kalimantan), dan Salude (Minahasa).



Suling
Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara
suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya
dengan baik. Suling pada Kalimantan disebut Kledi, Keruri, dan Kedire
.

Gong
Gong atau Tawak merupakan sebuah alat musik pukul yang
terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat
musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini.
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada
gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya
masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya
menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi
kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan
dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara
dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari
menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena
satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan
mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.

Gendang
Kendang, kendhang, atau gendang adalah alat musik yang
dimainkan dengan cara di tepuk.



Rebab
Rebab (Arab: الرباب atau رباب ) adalah alat musik gesek yang
biasanya menggunakan 2 atau 3 dawai, alat musik ini adalah alat musik
yang berasal dari Timur Tengah dan mulai digunakan di Asia Tenggara
setelah penyebaran pengaruh dari Timur Tengah.
Alat musik yang menggunakan penggesek dan mempunyai tiga
atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya
menggunakan kayu nangka dan berongga di bagian dalam ditutup
dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara.
.
Musik tradisional Jawa




Gambang
Gambang adalah alat musik pukul tradisional (bagian dari perangkat gamelan) yang
dibuat dari bilah-bilah kayu (16—25 bilah) yang panjang dan besarnya
tidak sama, dimainkan dengan alat pukul.



Gender


Gender (dibaca:"gendèr", IPA:gəndɛr) adalah alat musik pukul
logam (metalofon) yang menjadi bagian dari perangkat gamelan Jawa
dan Bali. Alat ini memiliki 10 sampai 14 bilah logam (kuningan) bernada
yang digantungkan pada berkas, di atas resonator dari bambu atau seng,
dan diketuk dengan pemukul berbetuk bundaran berbilah dari kayu
(Bali) atau kayu berlapis kain (Jawa). Nadanya berbeda-beda, tergantung
tangga nada yang dipakai. Pada gamelan Jawa yang lengkap terdapat
tiga gender: slendro, pelog pathet nem dan lima, dan pelog pathet
barang. Bentuk gender menyerupai gangsa pada gamelan Bali dan
slenthem pada gamelan Jawa.

Angklung
ALAT MUSIK ANGKLUNG
Tidak berbeda dengan Angklung yang berasal dari Jawa Barat. Angklung yang ada di Jawa Tengah ini juga merupakan alat musik tradisional yang dibuat dari bambu dan cara memainkannya dengan digoyang hingga ruas-ruas bambu tersebut bersentuhan dan menghasilkan suara yang khas. Saya akan ceritakan sejarah angklung lebih jauh lagi di dalam artikel ini.

Karinding


Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda. Karinding ini berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang, Pasir Mukti, Tasikmalaya, Malangbong (Garut) dan Cikalong Kulon (Cianjur). Di daerah tadi biasanya alat musik tradisional karinding dibuat dari pelepah kawung (pohon aren) sedangkan dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin, kebanyakan alat musik karinding dibuat dari bambu.

Alat musik tradisional karinding ini sangat unik,  selain dari asal daerah pembuatan karinding, ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan pembuat karinding itu sendiri. Untuk karinding yang dibuat dari bambu digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil dan memanjang, konon alat musik ini juga digunakan sebagai susuk yang diselipkan dalam gelungan rambut pemakainya. Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah kawung digunakan oleh pria. Bentuknyapun lebih pendek agar mudah disimpan pada tempat bako (tembakau)



Cara memainkan karinding ini sangat unik, pertama karinding yang memiliki 3 ruas ini didekatkan kemulut. Kemudian salah satu sisinya dipukul dengan jari tangan, dan akibat pukulan tersebut akan menghasilkan vibrasi suara. vibrasi suara inilah yang akan diolah oleh pemainnya hingga menghasilkan nada-nada. - See more at: http://serba-tradisional.blogspot.com/2013/04/alat-musik-tradisional-jawa-barat.html#sthash.ltk60GKj.dpuf

Karinding


Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda. Karinding ini berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang, Pasir Mukti, Tasikmalaya, Malangbong (Garut) dan Cikalong Kulon (Cianjur). Di daerah tadi biasanya alat musik tradisional karinding dibuat dari pelepah kawung (pohon aren) sedangkan dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin, kebanyakan alat musik karinding dibuat dari bambu.

Alat musik tradisional karinding ini sangat unik,  selain dari asal daerah pembuatan karinding, ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan pembuat karinding itu sendiri. Untuk karinding yang dibuat dari bambu digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil dan memanjang, konon alat musik ini juga digunakan sebagai susuk yang diselipkan dalam gelungan rambut pemakainya. Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah kawung digunakan oleh pria. Bentuknyapun lebih pendek agar mudah disimpan pada tempat bako (tembakau)



Cara memainkan karinding ini sangat unik, pertama karinding yang memiliki 3 ruas ini didekatkan kemulut. Kemudian salah satu sisinya dipukul dengan jari tangan, dan akibat pukulan tersebut akan menghasilkan vibrasi suara. vibrasi suara inilah yang akan diolah oleh pemainnya hingga menghasilkan nada-nada. - See more at: http://serba-tradisional.blogspot.com/2013/04/alat-musik-tradisional-jawa-barat.html#sthash.ltk60GKj.dpuf

Karinding


Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda. Karinding ini berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang, Pasir Mukti, Tasikmalaya, Malangbong (Garut) dan Cikalong Kulon (Cianjur). Di daerah tadi biasanya alat musik tradisional karinding dibuat dari pelepah kawung (pohon aren) sedangkan dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin, kebanyakan alat musik karinding dibuat dari bambu.

Alat musik tradisional karinding ini sangat unik,  selain dari asal daerah pembuatan karinding, ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan pembuat karinding itu sendiri. Untuk karinding yang dibuat dari bambu digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil dan memanjang, konon alat musik ini juga digunakan sebagai susuk yang diselipkan dalam gelungan rambut pemakainya. Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah kawung digunakan oleh pria. Bentuknyapun lebih pendek agar mudah disimpan pada tempat bako (tembakau)



Cara memainkan karinding ini sangat unik, pertama karinding yang memiliki 3 ruas ini didekatkan kemulut. Kemudian salah satu sisinya dipukul dengan jari tangan, dan akibat pukulan tersebut akan menghasilkan vibrasi suara. vibrasi suara inilah yang akan diolah oleh pemainnya hingga menghasilkan nada-nada. - See more at: http://serba-tradisional.blogspot.com/2013/04/alat-musik-tradisional-jawa-barat.html#sthash.ltk60GKj.dpuf


2 komentar:

  1. Ingin Berpeluang Menjadi Jutawan Dengan Modal Yang Minim?
    Buruan Join Bersama Agen Bandar Kartu Online Terbaik ZoyaQQ.org
    Raih jutaan Rupiah Selama Disini
    - Bouns Rolingan Terbesar
    - Bonus Referall Seumur Hidup
    - Minimal Depo & WD Rp.20.000
    - Cs Berpengalaman Yang Siap Melayanin Bosku 24Jam
    Info Selengkapnya Bisa Langsung Hubungin
    BBM D8B82A86
    WA : +85515370075

    BERITA TERKINI
    http://beritaharianku9.blogspot.com/2018/04/detik-detik-penangkapan-pemasok-sabu-ke.html

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas informasinya......

    BalasHapus