Kamis, 27 Februari 2014

Upacara Adat di Kalimantan Selatan

1. Upacara Adat Aruh Bahari

Lima balian (tokoh adat) yang memimpin upacara ritual ,berlari kecil sambil membunyikan gelang hiang (gelang terbuat dari tembaga kuningan) mengelilingi salah satu tempat pemujaan sambil membaca mantra, Dihadiri warga Dayak sekitarnya.
Prosesi adat ini dikenal dengan Aruh Baharin, pesta syukuran yang dilakukan gabungan keluarga besar yang  berhasil panen padi di pahumaan (perladangan) . Upacara Adat Aruh Baharin, Pesta yang berlangsung tujuh hari itu terasa sakral karena para balian yang seluruhnya delapan orang itu setiap malam menggelar prosesi ritual pemanggilan roh leluhur untuk ikut hadir dalam pesta tersebut dan menikmati sesaji yang dipersembahkan.
Upacara Adat Aruh Baharin, Prosesi berlangsung pada empat tempat pemujaan di balai yang dibangun sekitar 10 meter x 10 meter. Prosesi puncak dari ritual ini terjadi pada malam ketiga hingga keenam di mana para balian melakukan proses batandik (menari) mengelilingi tempat pemujaan. Para balian seperti kerasukan saat batandik terus berlangsung hingga larut malam dengan diiringi bunyi gamelan dan gong.

Upacara Adat Kalimantan Timur

Upacara adat adalah segala bentuk ritual ataupun tradisi yang dilakukan oleh masyarakat sebagai ungkapan pengakuan akan eksistensi suatu kekuasaan atau kekuatan lain yang melebihi kemampuan manusia. Pada masa sekarang ini, penyelenggaraan upacara adat yang murni sudah semakin sulit ditemukan. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat semakin meningkatnya kesadaran beragama di kalangan masyarakat Kalimantan Timur, bahkan di wilayah pedalaman. Namun upacara adat tetap dapat dijumpai sebagai salah satu daya tarik wisata. Penyelenggaraan upacara adat sangat erat kaitannya dengan kesenian tari. Berikut ini diuraikan jenis upacara adat dan jenis tari yang menyertainya.


Upacara Pengobatan
Menyajikan tari Belian.
Merupakan upacara yang diselenggarakan untuk menyembuhkan orang sakit, baik itu sakit secara jasmani maupun rohani. Namun metode pengobatannya tetap sama, yaitu dengan menggunakan sesajen-sesajen yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang melalui pembacaan mantra-mantra tertentu oleh seorang dukun.

Upacara Adat Naik Dango Kalimantan Barat

Upacara adat Naik Dango adalah sebuah upacara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Nek Jubata (sang pencipta) atas hasil panen padi yang melimpah. Selain untuk bersyukur, masyarakat Dayak di Kalimantan Barat melakukan upacara Naik Dango ini juga untuk memohon kepada Sang Pencipta agar hasil panen tahun depan bisa lebih baik, serta masyarakat dihindarkan dari bencana dan malapetaka.

Tahap pelaksanaan upacara Naik Dango yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum hari pelaksanaan
Sebelum hari pelaksanaan, terlebih dahulu dilakukan pelantunan mantra (nyangahathn) yang disebut Matik. Hal ini bertujuan untuk memberitahukan dan memohon restu pada Jubata.
2. Saat hari pelaksanaan
Pada hari pelaksanaan dilakukan 3 kali nyangahathn :
• pertama di Sami, bertujuan untuk memanggil jiwa atau semangat padi yang belum datang agar datang kembali ke rumah adat.
• kedua di Baluh/Langko, bertujuan untuk mengumpulkan semangat padi di tempatnya yaitu di lumbung padi.

Upacara Rambu Solo, Pemakaman Khas Toraja

upacara rambu solo tana toraja
Tana Toraja memang terkenal dengan keunikan kebudayaannya. Salah satu budaya Toraja yang unik adalah upacara pemakaman yang disebut Rambu Solo. Rambu Solo adalah suatu prosesi pemakaman masyarakat Tana Toraja, yang tidak seperti pemakaman pada umumnya.
prosesi upacara rambu soloMelalui upacara Rambu Solo inilah, bisa Anda saksikan bahwa masyarakat Tana Toraja sangat menghormati leluhurnya. Prosesi upacara pemakaman ini  terdiri dari beberapa susunan acara. Dimana dalam setiap acara tersebut Anda bisa menyaksikan nilai-nilai kebudayaan yang sampai sekarang masih dipertahankan oleh masyarakat Tana Toraja.

Prosesi Upacara Pemakaman

Secara garis besar upacara pemakaman terbagi kedalam 2 prosesi, yaitu Prosesi Pemakaman (Rante) dan Pertunjukan Kesenian. Prosesi-prosesi tersebut tidak dilangsungkan secara terpisah, namun saling melengkapi dalam keseluruhan upacara pemakaman.

Adat Dan Kebudayaan Suku Biak Papua

1. Bahasa Daerah
Adapun bahasa yang digunakan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat yang tersebar di 19 (sembilan belas) wilayah kecamatan/distrik di Kabupaten Biak Numfor adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Biak digunakan penduduk asli di 19 (sembilan belas) kecamatan/distrik yang sama, hanya dibedakan oleh dialek bahasa. Masyarakat Biak Numfor mempunyai potensi yang besar dalam sosial budaya seperti seni suara, seni ukir, adat-istiadat dan objek wisata yang dapati kembangkan sebagai daya tarik wisata bagi wisatawan domestik dan mancanegara.

2. Rumah Adat
a. Rum Som
Rum Som merupakan rumah kehuarga luas yang didiami ayah dan ibu senior dengan anak laki-laki mereka yang sudah kawin. Disebut Rumsom sebab atapnya yang berbentuk kulit penyu, bagian depannya yang menjulur keluar memberi kesan “mengambang” karena tidak ditopang oleh tiang penyangga.

b. Rum Sram
Rum Sram adalah rumah pemuda. Rumah ini dibangun untuk menampung anak-anak lelaki yang sudah saatnya tidak boleh tidur bersama orang tuanya di dalam bilik keluarga di Rum Som (rumah keluarga).

Baju Adat Sulawesi

Setelah beberapa tulisan yang terdahulu telah banyak membahas tentang baju adat, maka kali ini masih membahas tentang baju adat dan kali ini yang akan dibahas adalah model baju adat sulawesi. Baju adat yang satu ini merupakan kelanjutan pembahasan tentang baju adat yang telah dibahas terdahulu yaitu bali, sumatera, jawa, dan kalimantan. Ketika berbicara sulawesi tentunya ada beberapa baju adat di masing masing daerah, nantinya yang akan diberikan contoh modelnya antara lain baju adat sulawesi selatan, baju adat sulawesi utara, baju adat sulawesi barat, baju adat sulawesi tenggara, dan baju adat sulawesi tengah.

Walaupun masing-masing daerah di sulawesi memiliki kesamaan dibeberapa bagian pada baju adat namun tetap memiliki ciri khas tertentu pada masing-masing daerah. Hal ini akan saya coba tunjukkan kepada anda sehingga anda akan bisa membedakannya walaupun saya sendiri juga masih sama-sama belajar dalam hal baju adat yang satu ini. Tidak perlu panjang lebar lagi, berikut ini contoh model baju adat daru sulawesi :

Sejarah Upacara Sekaten

Upacara Sekaten di Keraton Yogyakarta

Sekaten
Sekaten atau Upacara Sekaten yang berasal dari kata Syahadatain , dari masa ke masa cara pengucapannya berubah dari Syakatain menjadi Sekaten. Sekaten adalah acara peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang lahir pada tanggal 12 bulan Maulud ( bulan ketiga dari tahun Jawa ) atau Rabiul Awal (bulan dari tahun hijriyah ). Sekaten yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Mulud ( Jawa ) atau Rabiul Awal ( tahun hijriyah ) di alun-alun utara Yogyakarta (dan juga di alun-alun Surakarta secara bersamaan). Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I ( pendiri keratin Yogyakarta ) untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.
Upacara tradisional Sekaten sebagai upacara tradisional keagamaan Islam, mengobarkan semangat perjuangan mengembangkan agama dan memiliki nilai -nilai luhur dalam membentuk akhlak dan budi pekerti bangsa serta mempunyai alur sejarah yang jelas, telah menjadi salah satu upacara Tradisional resmi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan diselenggarakan setiap tahun dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.